Senin, 29 Maret 2010

Reorientasi Hidup

Seringkali kita dapati orang mengatakan bahwa hidup ini adalah perjalanan. Entah kebetulan atau bagaimana, Rosulullah Muhammad saw sendiri telah menyabdakan bahwa kita dalam mengarungi kehidupan ini ibarat orang asing atau orang yang sedang melakukan perjalanan. Hanya saja, yang sering saya dapati, orang sering berhenti pada pemahaman bahwa hidup ini adalah perjalanan. Titik. Tanpa membawa pemahaman ini pada tingkat selanjutnya.

Kalau hidup dianggap seperti perjalanan, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.

Tujuan
Dalam perjalanan, tentunya ada tempat yang dituju. Tujuan ini akan sangat berbeda antara satu orang dengan orang yang lain. Ada yang tujuannya cukup singkat, seperti "Membangun keluarga dengan si A. Bukan yang lain". Ada yang lebih luas sedikit dengan bertujuan memiliki kehidupan yang mapan berkecukupan dan keluarga yang bahagia siapapun pasangannya, Ada yang dalam hidupnya memiliki tujuan yang sangat besar seperti merubah kehidupan banyak orang (banyak saya temui di temen-temen yang bergelut di bisnis jaringan).

Dalam Islam, tiada tujuan yang lebih tinggi daripada Allah swt. Sebagaimana dalam doa Nabi Ibrohim, "Sesungguhnya sholatku, manasik-ku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah Rabbul 'Alamin." Ketika orang menetapkan Allah SWT sebagai tujuan, maka segala tindakannya, setiap langkah kakinya, setiap tarikan nafasnya, akan dipersembahkan untuk Allah semata.

Dengan menetapkan Allah sebagai tujuan, seseorang tidak akan pernah puas dengan pencapaiannya karena dia tidak pernah benar-benar tahu apakah dia sudah sampai tujuan atau belum. Sebaliknya dia juga tidak akan pernah kecewa karena dia yakin Allah tidak akan mengingkari janji-Nya.

Sedangkan bagi orang yang mempunyai tujuan selain Allah, dia akan mandeg ketika tujuannya sudah tercapai. Atau porak poranda ketika tujuannya mendadak musnah di depan mata. Kecuali kalau dia menemukan tujuan baru untuk dikejar, dia tidak akan pernah beranjak dari titik di mana dia berhenti.

Bekal
Dalam perjalanan, tentunya kita semua perlu bekal. Begitu pula dalam menempuh hidup. Kita perlu bekal yang memadai. Jumlahnya akan sangat relatif terhadap tujuan yang ingin kita capai. Semakin jauh dan berat perjalanan kita, semakin banyak bekal yang kita butuhkan. Kalau tujuan kita sekedar dunia, maka bekal yang kita butuhkan dapat dihitung dengan mudah. Kalau Allah yang menjadi tujuan kita, maka kita harus senantiasa memeriksa bekal kita. Kita harus selalu "mengisi ulang" bekal kita. Karena kita tidak pernah tahu kapan kita akan sampai tujuan kita.

Peta/Penunjuk Arah
Sama seperti melakukan perjalanan, kita kadang-kadang dihadapkan pada jalan yang sama sekali baru. Belum pernah kita lalui sebelumnya. Dalam hidup, kita sudah dibekali dengan petunjuk berupa Al-Quran dan Hadits. Cuman, kita sering sombong dan merasa tahu jalan yang kita tempuh. Sehingga kita main trabas tanpa lihat ke peta (Quran/Hadits) dahulu.

That's it... semoga jadi pelajaran buat yang sedang bingung cari tujuan dalam hidupnya, dan jadi pengingat bagi yang "merasa" tujuannya sudah benar.