Senin, 22 Februari 2010

Avatar by James Cameron

Sebenarnya banyak ide yang pengen saya posting, tapi kok rasanya berat banget ngomongin bab yang mau saya posting itu. Belum dapet angel sama point-point yang mau dikemukakan. Takutnya, kalo dipaksain malah nggak jelas.

Daripada sepi, saya putuskan nulis tentang Avatar-nya James Cameron aja. Film ini menghuni cluster-cluster hardisk saya sejak beberapa minggu yang lalu. Cuma karena pada dasarnya saya kurang suka nonton film roman, nggak ditonton-tonton deh jadinya. Baru Ahad malem kemaren saya tiba-tiba pengen nonton karena liat behind the scene-nya di internet.

Awalnya saya underestimate dulu sama film ini. "Paling-paling ya kayak film-film roman biasanya." pikir saya. Dan memang overal, filmnya nggak terlalu impressive sih... Mudah banget ditebak. Serasa nonton Pocahontas dengan setting Star Wars. Tapi akhir-akhirnya saya sempet hanyut juga dengan ceritanya, coz saya paling emosi kalo liat orang-orang egois macam tokoh-tokoh antagonis di film ini.
Kalo masalah CG special effect-nya, menurut saya nggak ada yang baru. Dari yang saya liat di the makingnya, setahu saya ya emang gitu caranya. Nggak beda sama pembuatan KingKong dan film-film dengan CG special effect lainnya. Selain itu, si James Cameron (atau saya sendiri ya?) sepertinya kurang dapet fokus film ini sendiri. Apakah ini film tentang perang antara dua kekuatan yang tidak seimbang atau roman atau fiksi ilmiah atau bagaimana...

Oke cukup ngomongin filmnya. Sekarang bagian yang paling penting. Dari film ini saya belajar bebarapa hal:
  1. Betapa indahnya alam kalau kita bisa menjaga kelestariannya. Sejujurnya saya sangat terkesan dengan keindahan alam fantasi James Cameron. Saya langsung kebayang hutan-hutan hujan di daerah tropis kayak di Indonesia ini. Seandainya bisa kita jaga kelestariannya sehingga bisa tetep asri.... Wow... pasti keren banget... Dan betapa indahnya dunia kalo kita sebagai manusia bisa hidup harmonis dengan alam seperti suku Na'vi. So, can we..?
  2. Manusia tu sangat rakus. Khususnya para penjajah Londo. Bukannya rasis sih, cuma dari dulu sampe sekarang, dari kutub utara sampai selatan, yang namanya penjajah tu pasti Londo. Sampe-sampe di luar angkasa pun londo-londo gila itu tetep jadi penjajah. Itu terjadi karena mereka menjadikan materi sebagai pusat kehidupan mereka. Walaupun demikian, nggak semua orang londo begitu dan nggak semua orang yang bukan londo bebas dari sifat-sifat begitu.
  3. Terkait dengan nomor 2, Kalo mau memperhatikan n mau mikir, dari dulu sampai sekarang, ya emang kayak gitu itu kelakuan orang-orang yahudi (at least orang-orang yang jadi bonekanya yahudi). Mengeksploitasi demi kepentingan kelompok mereka sendiri. Beda dengan "penjajah-penjajah" dari arab atau jawa jaman dulu. Daerah yang "dijajah" bukannya jadi miskin tapi malah jadi makin kaya.
  4. Manusia memiliki potensi yang sangat luar biasa. Hanya saja kebanyakan manusia memanfaatkan potensi ini untuk hal-hal yang negatif. Atau kalaupun nggak ada tendensi negatif, mereka menggunakan potensi ini untuk kepentingan-kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. Parahnya lagi, kepentingan-kepentingan ini sifatnya jangka pendek. Potensi ini dimiliki manusia karena manusia punya kebebasan dan wewenang memanipulasi alam sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan mereka. (Terkait dengan ini, saya sedang menulis posting yang terinspirasi oleh lagunya Joss Stone yang berjudul Right To Be Wrong.) Manusia bisa "tidak patuh" pada tatanan dan aturan alam yang sudah digariskan oleh Penciptanya. Hal ini karena manusia pada dasarnya digariskan untuk menjadi pengelola alam. Sederhananya, manusia diberi hak pengelolaan alam (kalo di pemerintah ada juga hak pengelolaan hutan) oleh Pencipta alam semesta, Allah swt. Untuk tujuan ini, Allah menganugerahi mereka dengan satu porsi tertentu dari kekuasaan Allah untuk memanipulasi alam ini.
That's it... semoga bermanfaat buat saya dan rekan-rekan sekalian...
Wallahu A'lamu. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar